Tuesday, May 26, 2015

CONTOH LAPORAN MAN 2 KOTA CIREBON - AHMAD JALALUDDIN RABBANY ( DISERTAI LOGO MAN 2 )

Ahmad Jalaluddin Rabbany     5:50 AM    

PETANI MENGGANTI PEKERJAANYA YANG DIANGGAP LEBIH NYAMAN




DISUSUN OLEH :
AHMAD JALALUDDIN RABBANY
XI IPA 2



MADRASAH ALIYAH NEGERI 2 KOTA CIREBON
( AKREDITASI A )
Jl. Pelandakan No. 1 Telp/fax. ( 0231) 484510 Kota Cirebon

Kata Pengantar

Puji dan syukur penulis panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, karena berkat dan karunia-Nya penyusun dapat menulis makalah ini dengan baik. Adapun judul makalah ini tentang “Petani Mengganti Pekerjaan Yang Lebih Nyaman”.
Dalam penyusunan makalah ini, penulis banyak menghadapi kesulitan.Tetapi,berkat usaha dan keingin tahuan mengenai Petani Mengganti Pekerjaan Yang Lebih Nyaman, penulis dapat menyelesaikannya dan memahami sedikit-demi sedikit mengenai penulisan laporan penelitian. Dalam makalah ini, penulis juga menyampaikan pokok pikiran mengenai Petani Mengganti Pekerjaan Yang Lebih Nyaman.
Penulis menyadari, bahwa makalah ini masih jauh  dari kesempurnaan ,baik dari segi isi maupun penyusunannya.Oleh karena itu, kritik dan saran sangat diharapkan untuk penyempurnaan makalah ini ke jenjang yang lebih baik dan sempurna.Akhir kata, penulis mengucapkan terimakasih dan semoga bermanfaat.




Cirebon, 23 Mei 2015

Penyusun


i









DAFTAR ISI
Kata Pengantar.......................................................................... i
Daftar Isi.....................................................................................i i

BAB I  PENDAHULUAN
A.Latar Belakang Masalah .................................................... 3
B. Rumusan Masalah.............................................................. 3
C. Tujuan …………............................................................... 3
D. Metodologi Penelitian ...................................................... 4

BAB II  PEMBAHASAN

A. Pengertian Petani  ……………………………................. 6
B. Sejarah Petani ................................................................... 6
C. Petani Bisa Sejahtera ........................................................ 7
D. Akibat Petani Berpindah Kerjaan dan Penyebabnya …... 11
E. Hasil Penelitian ………………………………………… 11

BAB III  PENUTUP
A. Kesimpulan........................................................................ 14
B. Saran................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA


ii



BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Petani sering dipandang memiliki status sosial lebih rendah daripada pekerjaan yang lain yang terlindungi dari sinar matahari. Hal ini disebabkan karena adanya anggapan bahwa seorang pekerja biasanya bekerja didalam rumah, terlindung dari terik sinar matahari sehingga suasananya tampak nyaman. Sebaliknya, Petani harus bekerja disawah, dibawah sengatan sinar matahari dan kadang harus bergemul dengan kotoran-kotoran yang berbau tidak sedap. Oleh karena itu, tidak berlebihan jika sebagian masyarakat pedesaan menganggap bahwa pekerja yang nyaman lebih berprestise daripada petani meskipun hanya menjadi perajin industri kecil dengan skala usaha yang masih terbatas.

Lapangan pekerjaan disektor industri kecil yang makin terbuka menyebabkan terjadinya mobilitas sosial dari petani menjadi perajin. Meskipun Sebenarnya mereka belum memiliki keahlian yang memadai, terlebih lagi tingkat pendidikan mereka sebagian besar (73%) masih berpendidikan SD kebawah. Oleh karena itu, tidak mengherankan bahwa produktivitas kerja dan hasil yang mereka peroleh masih rendah. 

Berkaitan dengan hal diatas, perlu dilaksanakan penelitian yang seksama mengenai mengapa menggati pekerjaan yang mulanya merupakan seorang petani. Dalam laporan ini, objek penelitiannya adalah masyarakat pada umumunya yang bemata pencarian sebagai petani.

B. Tujuan

Tujuan penelitian merupakan hal yang hendak di capai dalam pedoman untuk melakukan suatu kegiatan yang telah di rumuskan.Adapun tujuan di adakannya penelitian ini adalah :

1.Sebagai Persyaratan mengikuti UKK tahun ajaran 2014-2015.
2. Menelaah penyebab terjadinya penyebab mengganti pekerjaan yang semualanya petani.
3.Memberikan penyadaran pada masyarakat dampak industrialisasi dan juga tak adanya petani.

C. Rumusan Masalah

1. Siapakah petani itu ?
2. Sejarah adanya petani dan metode bercocok tanam?
2. Apakah petani bisa sejahtera ?
3. Apakah dampak jika tidak adanya petani dan penyebab pindah kerjaan ?

D. Metodologi Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan survey secara kualitatif dengan cara melakukan pengamatan yang terjadi. Digunakannya metodologi kualitatif ini agar hasil yang dicapai benar-benar akurat dan dapat dipertanggungjawabkan. Adapun langkah-langkahh kerjanya sebagai berikut :

1. Menentukan objek penelitian.
2. Mencari informasi di internet.
2. Mengklasifikasi Masalah.
3. Merumuskan masalah.
4. memberikan solusi/simpulan.


BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Petani
Petani adalah seseorang yang bergerak di bidang pertanian, utamanya dengan cara melakukan pengelolaan tanah dengan tujuan untuk menumbuhkan dan memelihara tanaman (seperti padi, bunga, buah dan lain lain), dengan harapan untuk memperoleh hasil dari tanaman tersebut untuk digunakan sendiri ataupun menjualnya kepada orang lain. Mereka juga dapat menyediakan bahan mentah bagi industri, seperti serealia untuk minuman beralkohol, buah untuk jus, danwol atau kapas untuk penenunan dan pembuatan pakaian.
Setiap orang bisa menjadi petani (asalkan punya sebidang tanah atau lebih), walau ia sudah punya pekerjaan bukan sebagai petani. Maksud dari kalimat tersebut bukan berarti pemilik tanah harus mencangkul atau mengolah sendiri tanah miliknya, tetapi bisa bekerjasama dengan petani tulen untuk bercocok tanam di tanah pertanian miliknya. Apabila ini diterapkan, berarti pemilik tanah itu telah memberi pekerjaan kepada orang lain walau hasilnya tidak banyak. Apabila bermaksud mengolah sendiri, tentu harus benar-benar bisa membagi waktu, tetapi kemungkinan akan kesulitan kalau tanahnya lebih dari satu petak.

B. Sejarah Petani
Bercocok tanam telah dilakukan sejak zaman Neolitik. Di Zaman Perunggu (5000 hingga 4000 SM), bangsa Sumeria memiliki pembagian kerja di bidang pertanian. Ketika panen, pekerjaan dilakukan secara berkelompok dengan jumlah orang dalam setiap grup sebanyak tiga orang.
Sedangkan usaha peternakan telah ada sejak ribuan tahun. Anjing telah didomestikasikan sejak 15000 tahun yang lalu di Asia Timur untuk keperluan berburu. Kambing dan domba didomestikasikan sejak 8000 tahun SM di Asia. Babi didomestikasikan di Timur Tengah dan China sejak 7000 tahun SM.Kuda didomestikasikan sejak tahun 4000 SM.
Di negara miskin atau kebudayaan pra-industri, kebanyakan petani melakukan pertanian subsisten, sebuah sistem pertanian organik yang mendayagunakan rotasi tanaman, penyisihan benih, tebang dan bakar, atau metode lainnya.
Di negara maju, petani memiliki sebidang lahan yang luas dan pembudidayaan dilakukan dengan memanfaatkan mesin pertanian untuk mendapatkan efisiensi tinggi. Dengan menggunakan mesin, jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan menjadi jauh berkurang.

C. Petani Bisa Sejahtera
Belajarlah dari petani Jepang negara Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alamnya. Sampai ada ungkapan yang mengatakan bahwa tongkatpun di lempar ke tanah akan tumbuh. Itulah gambaran dari suburnya negara kita ini. Itu juga sebabnya banyak masyarakat kita yang bermata pencarian sebagai petani. Namun kekayaan ini mungkin yang membuat kita terlena.
Dibandingkan dengan jepang, kita merupakan negara yang lebih kaya. Jepang itu negara yang lahan pertaniannya hanya 25%. Tapi jumlah yang kecil itu mampu memberikan kontribusi yang besar pada perekonomian jepang. Seharusnya kita sebagai negara agraris yang sebagian besar penduduknya bermatapencarian sebagai petani dapat belajar dari keberhasilan pertanian jepang.
Adapun kebijakan-kebijakan yang dilakukan pemerintah jepang adalah :
1. Konsolidasi lahan
Salah satu kebijakan Jepang dalam pembangunan pertaniannya adalah konsolidasi/penyatuan lahan. Dimana lahan-lahan yang kecil yang terpecah-pecah disatukan sehingga lebih efektif. Dampaknya sekarang, setiap kepala keluarga memiliki lahan cukup luas untuk usaha taninya yaitu 10-30 ha /KK dan berada di dekat jalan raya. Dengan luas kepemilikan lahan yang besar dan terpusat mengakibatkan meningkatnya produktivitas. Apalagi waktu tanam hanya dapat dilakukan 1 musim (Jepang memiliki 4 musim).
Hal ini sebenarnya juga bisa diterapkan di Indonesia. Dimana di Indonesia banyak sekali petani-petani gurem yang memiliki luas lahan kurang dari 0,5 ha. Dan banyak juga petani yang memiliki lahan yang terpencar-pencar. Jika pemerintah melakukan konsolidasi lahan seperti yang dilakukan pemerintah jepang tak menutup kemungkinan produktivitas kita juga akan meningkat. Dan tentu saja petani kita juga akan lebih sejahtera jika memiliki luas lahan yang lebih luas.

2. Sistem Koperasi
Di Jepang itu ada yang namanya Japan Agriculture Cooperative (JA Cooperative). JA Cooperative ini sejenis koperasi lah kalau di Indonesia. JA Cooperative ini dimiliki oleh seluruh wilayah dijepang yang keanggotaannya merupakan para petani. Adapun tugas JA Cooperative adalah
Memberikan nasehat dalam mengelola usaha tani, penguasaan teknologi, dan penyebaran informasi pertanian.
Mengumpulkan, mengangkut, dan mendistribusikan serta menjual produk pertanian.
Penyediaan sarana produksi.
Mengatur pengolahan produk pertanian dan penyimpanan produk.
Sebagai Bank.
Sebagai badan asuransi.
Menyediakan sarana pelayanan kesehatan masyarakat khususnya petani.

Namun di Indonesia sekarang ini, peran koperasi semakin terabaikan. Padahal koperasi ini akan sangat membantu petani dalam usaha taninya baik dalam hal pemasaran, pengolahan, pembiayaan/permodalan dsb. Perlu adanya campur tangan pemerintah baik daerah maupun pusat untuk mengembangkna kembali peran koperasi di setiap desa-desa sentra produksi pertanian.

3. Jaringan Usaha yang Kuat
JA Cooperative memiliki jaringan kerjasama yang sangat besar dengan dengan pasar local khususnya supermarket, pasar internasional, dan pemerintah. Selain itu JA Cooperative juga memiliki berbagai fasilitas pertanian yang tersebar di seluruh Jepang seperti Packaging center, Processing center, Pasar Saprodi, Pasar penjualan langsung (direct sale market), supermarket, Gudang, Penggilingan beras, Fasilitas pembuat pupuk organic, dll.
Nah, hal ini juga perlu dimiliki oleh koperasi-koperasi di Indonesai. Sehingga Agribisnis itu benar-benar dapat diusahakan semaksimal mungkin agar dapat meningkatkan kesejahteraan para petani.



4. Distribusi yang terjamin
JA Cooperative memberikan jaminan kepada petani bahwa produknya akan terjual habis dengan harga diatas rata-rata.
Terdapat tiga alternative distribusi dan pemasaran produk yang ditawarkan JA Cooperative untuk para produser (petani), yaitu:
1) Produk dibeli langsung oleh JA Cooperative dengan harga di atas harga pasar (khususnya produk tertentu yang dianggap vital);
2) Petani dapat mendistribusikan sendiri namun melalui petunjuk (advise) dari JA Cooperative (biasanya petani ingin mencari buyer yang lebih tinggi lagi dari JA Coop,);
3) Petani dapat menitipkan produk mereka kepada JA Coop. untuk dijualkan oleh JA Coop. (biasanya perlu waktu agak lama dan hanya untuk produk-produk yang tidak terlalu penting).
Hal diatas menyangkut sistem tata niaga produk para petani. Jadi ada saluran distribusi yang menguntungkan petani disana. Beda halnya dengan di Indonesai, sistem tata niaga lebih sering merugikan petani. Yang banyak mendapat keuntungan itu adalah pedagang. Jika pedagang yang membeli produk hasil petani, maka tentu saja pedagang ingin harganya itu murah. Beda denga JA Cooperative yang berani membeli dengan harga diatas harga pasar.

5. Fungsi Perbankan
JA cooperative ini berfungsi sebagai Bank juga. Jadi ketika JA Cooperative membeli hasil produksi petani, maka uang pembayarannya akan langsung masuk ke rekening petani yang ada di JA Cooperative. Selain itu, JA Cooperative juga memberikan pinjaman modal bagi para petani yang ingin mengembangkan usahanya. Tentu saja dengan syarat-syarat yang tidak membebankan petani.
Koperasi di Indonesia juga memberikan pinjaman modal juga kepada petani. Namun terkadang, para petani lebih suka meminjam modal dari para rentenir yang tentu saja akan sangat merugikan petani. Jadi sangat diperlukan peran koperasi di sini.

6. Fungsi Jasa
JA Cooperative juga memberikan pelayanan penyediaan dan penyaluran sarana produksi pertanian (termasuk peralatan mesin pertanian), memberikan asuransi produk pertanian, dan pelayanan kesehatan bagi petani. Yang tentu saja sangat membantu petani dalam mengembangkan usaha taninya.
Koperasi juga memiliki peran yang sama dengan JA Cooperative. Tetapi kenapa dampak atau hasil nya berbeda? Inilah yang perlu dikoreksi kembali. Dimana letak kesalahannya.

7. Subsidi Harga dari Pemerintah
Di Jepang tentu saja ada produk pertanian impor yang harganya lebih murah dari produk lokal. Tapi pemerintah jepang memiliki kebijakan untuk melindungi produk lokal dengan memberikan subsidi. Pemerintah memberikan subsidi 50% kepada JA Cooperative. Sehingga JA C dapat membeli produk dengan harga diatas harga pasar dan menjual nya dengan harga yang sama dengan harga pasar. Dengan cara ini petani akan terlindungi dan produk mereka tetap dibeli oleh masyarakat.
Di Indonesia, juga pemerintah memberikan subsidi terhadap produk lokal agar dapat bersaing dengan produk impor hanya saja terkadang banyak oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab. Permasalahan di Indonesia ini sangat komplit, mental manusia nya juga yang perlu diperbaiki.

8. Kebijakan Prioritas pada produk lokal.
Pemerintah dan JA Coperative mengeluarkan kebijakan agar pasar lokal memprioritaskan produk lokal. Dimana pemerintah menyediakan outlet di supermarket khusus untuk direct sale agar petani dapat menjual produk langsung kepada konsumen.
Kalau Kita malah justru produk-produk impor yang memiliki tempat khusus di supermarket-supermarket. Dan kesadaran masyarakat kita yang masih rendah terhadap kesadaran akan produk lokal.
9. Sistem Manajemen yang baik
Hal sekecil apapun diperhatikan dan dipertimbangkan oleh pihak JA Cooperative untuk meningkatkan kinerja dan pelayanan mereka demi memakmurkan petani dan masyarakat Jepang. Di sisi lain, Pemerintah Jepang memahami benar bahwa meskipun sudah menjadi Negara industri maju, namun memandang pertanian sebagai salah satu penentu kemakmuran Jepang.
Inilah yang tidak dimiliki Indonesia, manajemen yang baik dan kesadaran yang tidak dimiliki pemerintah bahwa sektor pertanian itu merupakan sektor yang sangat urgent yang dimiliki Indonesia. Dari segi penyumbang devisa, penyerapan tenaga kerja, dan pertumbuhan ekonomi petanian menyumbangkan peran yang tidak sedikit.

10. Pertanian Organik, Agrowisata (Green Tourism), Konservasi Lingkungan
Pertanian organic bertujuan untuk menghasilkan produk pertanian yang aman, berkualitas dan sehat bagi konsumsi. Pemerintah juga mengarahkan pembangunan pertanian tidak hanya untuk penyediaan pangan saja, melainkan sekaligus dapat menjadi objek wisata. Tidak heran bila sebagian besar kawasan pertanian di Jepang sangat menarik dan indah karena memang mereka sangat memperhatikan surface (penampilan) di setiap lahan pertanian yang ada. Konsep pembangunan pertanian lainnya adalah pembangunan pertanian yang tetap menjaga kelestarian lingkungan. Konsep ini sangat erat kaitannya dengan pertanian organic. Kombinasi kedua konsep ini menyebabkan pertanian di Jepang lebih berkesinambungan (Sustainable Agriculture).
Ini juga lagi digalakkan di Indonesia, namun kita lihat saja perkembangannya.
Kita bisa belajar dari Jepang, mulai dari sitem manajemennya dan kebijakan-kebijakan yang dilakukan pemerintah Jepang. Hal-hal baik yang dapat kita adopsi agar pertanian kita lebih maju dan kehidupan petani lebih sejahtera.

D. Akibat Petani Berpindah Kerjaan dan Penyebabnya
A. Akibat
1. Menurunnya jumlah produksi negara dibidang petanian.
2. Kekurangan kebutuhan pangan pokok.
3. Terjadinya alih fungsi lahan yang bertambah banyak.

B. Penyebab

1. Pengaruh media masa.
2. Dukungan keluarga dan masyarakat.
3. Sektor perekonomian indonesia yang lebih mengutamakan industri daripada petanian.
4. Tingkat pendidikan yang rendah.


E. Hasil Penelitian

Berdasarkan Survey yang telah dilakukan, ada beberapa faktor yang menyebabkan petani merubah pekerjaanya sebagai berikut :

1. Pengaruh media masa
     Media masa baik berupa elektronik maupun cetaktelah membawa pengaruh yang besar terhadap pola pikir masyarakat pedesaan. Selama ini media masa selalu mengangkat kesuksesan-kesuksaesan para perajin dan berbaigai pekerjaan yang lainya. Dengan demikian, lambat laun opini publik tersebut akhirnya mendorong petani untuk menggati pekerjaanya.

2. Dukungan keluarga dan masyarakat
    Keluarga, kerabat dan komunitas yang melatari kehidupan petani sering memberikan saran dan harapan yang besar untuk menjadi seorang yang sukses. Mereka selalu memandang orang-orang yang telah sukses bukan dari seorang petani.

3. Sektor perekonomian indonesia yang lebih mengutamakan industri daripada petanian
    Perokonimian negara kita yang ikut terbawa arus globalisasi dan kepentingan neoliberalisme (para pemilik modal) telah mendorong lajunya industrialisasi. Oleh karena itu, tidak mengherankan bahwa investasi yang mereka tanamkan lebih mengarah pada sektor industri, sedakang kebutuhan pangan tambah sulit.

4. Tingkat pendidikan yang rendah
    Rendahnya tingkat pedidikan mereka dan keahlian yang belum memadai, membuat mereka tidak meminliki sistem kontrol diri yang kuat. Konsep diri yang lemah ini membuat mereka mudah terbawah arus jaman.


BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
     Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa ada beberapa faktor yang menyebabkan para petani melakukan menggati pekerjaanya. Jika tidak ada suatu program penyadaran baik dari pemerintah maupun masayarakat setempat, dapat dipastikan hasil produksi pertanian akan makin berkurang sehingga negara pun akan mengimpor beras dari luar negeri, seharusnya kita mengexpor beras keluar negeri.

B. Saran
Akhirnya, diharapkan penelitian ini mampu memberikan penyadaran pada masyarakat dan dapat menjadi masukan untuk pihak-pihak berwenang memberikan kebajikan.


DAFTAR PUSTAKA

Jos, D. Parera; (1987) “Menulis Tertib dan Sistematik”  Erlangga, Jakarta
Nasution; (1991) “Metode Research Penelitian Ilmiah” Jemmars, Bandung
El-Kabumain, Nasin; (2001) “Teknik Menulis  Laporan Penelitian karya Ilmiah” Jemmars, Bandung
Arifin,E. Zaenal; (1998) “Dasar – Dasar Penulisan Karangan Ilmiah” Gramedia, Jakarta
Tarigan, Henry Guntur; (1998), “Pengajaran Analisis Kesalahan Bahasa” Angkasa, Bandung
Komsani, Amni ; (2007) “Pedoman Penulisan Proposal Penelitian” Angkasa, Bandung
[1] Daniel Parera Jos, “Menulis Tertib dan Sistematik” (Jakarta;1987)
[2] Nasution, “Metode Research Penelitian Ilmiah” (Bandung;1991) Jemmars
[3] Nasin El-Kabumain, “Teknik Menulis  Laporan Penelitian karya Ilmiah” (Bandung; 2001) Jemmars
[4] Zaenal E. Arifin, “Dasar – Dasar Penulisan Karangan Ilmiah” (Jakarta;1998) Gramedia
[5] Nasihin El-Kabumain, “Op Cit”
[6] “ibid”
[7] Henry Guntur Tarigan, “Pengajaran Analisis Kesalahan Bahasa” (Bandung;1998)
[8] Amni Komsani “Pedoman Penulisan Proposal Penelitian” (Bandung;2007)

Website
http://pemudamasalalu.blogspot.com/2012/02/dampak-pelaksanaan-sistem-tanam-paksa.html
http://sosok.kompasiana.com/2014/09/23/kata-menpan-petani-tidak-bisa-kaya-dan-sejahtera-676050.html
http://wahanapertanian.blogspot.com/2010/12/hama-adalah-organisme-yang-dianggap.html
http://litnastory.blogspot.com/2012/03/belajar-dari-pertanian-jepang.html
http://jual-backlink-murahs.blogspot.com/2014/01/petani-sejahtera-cara-jepang-dan-cara.html
http://indonesiasetara.org/petani-sejahtera-cara-jepang-caraindonesia.html
http://www.republika.co.id/berita/koran/opini-koran/15/03/25/nlr9s3-petani-padi-bisa-sejahtera
http://id.wikipedia.org/wiki/Petani

0 komentar :

Translate

Instagram

Instagram
© 2011-2014 AJR. Designed by Bloggertheme9. Powered by Blogger.